Sabtu, 07 April 2012

KARAKTER BANGSA


PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA  APA DAN BAGAIMANA ???
Oleh : TOTO WARSITO,S.Ag.M.Ag.*
Munculnya kembali gagasan tentang pendidikan karakter bangsa, seperti yang diintruksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, harus diakui sebagai tamparan keras terhadap dunia pendidikan. Hal ini berkaitan erat dengan semakin berkembangnya pandangan dan penilaian dalam masyarakat, bahwa pendidikan dalam berbagai jenjang “telah gagal” dalam membentuk peserta didik yang memiliki akhlak, moral, karakter dan budi pekerti yang baik. Lebih jauh lagi, banyak peserta didik sering dinilai tidak hanya kurang memiliki kesantunan, baik di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat, tetapi juga sering terlibat dalam tindakan kekerasan massal. Banyak diantara mereka yang alim dan bijak di rumah, tetapi nakal di sekolah. Begitu juga sebaliknya. Terlibat dalam tawuran, geng motor, penggunaan obat-obat terlarang, seks bebas dan bentuk-bentuk tindakan kriminal lainnya.
Apa sebenarnya yang disebut dengan Pendidikan Karakter Bangsa itu ? Menurut Simon Philips  (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Sementara Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian . Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Dari pendapat di atas dipahami bahwa karakter itu berkaitan erat dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral yang baik. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Hal ini didukung oleh Peterson dan Seligman (Gedhe Raka, 2007:5) yang mengaitkan secara langsung ’character strength’ dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama dari ‘character strength’ adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan bangsanya.
Kita semua patut bersyukur telah diingatkan kembali tentang pentingnya pendidikan karakter bangsa ini. Memang kita patut menyadari bahwa selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh dan terhormat di tengah-tengah bangsa lain. Karakterlah yang membuat bangsa Jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih kembali martabatnya di dunia internasional. Karakterlah yang membuat bangsa Vietnam tidak bisa ditaklukkan, bahkan mengalahkan dua bangsa yang secara teknologi dan ekonomi jauh lebih maju, yaitu Perancis dan Amerika. Pembangunan karakterlah yang membuat Korea Selatan sekarang jauh lebih maju dari Indonesia, walaupun pada tahun 1962 keadaan kedua negara secara ekonomi dan teknologi hampir sama. Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil menghantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya (Gedhe Raka, 1997 ).
Pertanyaannya kemudian adalah tanggung jawab siapa pendidikan karakter bangsa ini? Tentunya semua pihak bertanggung jawab atas berlangsungnya pendidikan karakter ini. Mulai dari guru di sekolah, orang tua, pejabat, tokoh masyarakat, selebritis, teman,  dan juga media baik cetak maupun elektronik.
Menurut Azyumardi Azra (2002) Pola pembinaan pendidikan karakter bangsa harus dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyambung kembali hubungan yang nyaris terputus antara ketiga lingkungan pendidikan ini. Pendidikan karakter tidak akan berhasil selama ketiga lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan harmonisasi.

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama mestilah diberdayakan kembali. C. Thomas Phillip berpandangan bahwa keluarga hendaklah kembali menjadi school of loves,sekolah untuk kasih sayang. Azyumardi menambahkan  bahwa dalam perspektif Islam, keluarga disebut sebagai madrasah mawwadah warrahmah, tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang.

Lingkungan kedua adalah sekolah. Sekolah pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat transfer ilmu pengetahuan belaka, melainkan lembaga yang mengusahakan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai. Pembentukan karakter melalui sekolah tidak bisa dilakukan semta-mata melalui pembelajaran pengetahuan, tetapi melalui penanaman nilai-nilai. Secara umum nilai biasanya mencakup dua bidang pokok yakni estetika dan etika. Estetika mengacu kepada hal-hal yang dipandang manusia sebagai “indah” apa yang mereka senangi. Sedangkan etika mengacu kepada tingkah laku yang pantas berdasarkan standar yang berlaku, baik yang bersumber dari agama maupun adat istiadat.

Setidaknya ada tidak pendekatan yang bisa dilakukan dalam usaha pembentukan karakter melalui pendidikan agama di sekolah. ,Pertama, menerapkan pendekatan modelling atau exemplary atau uswah hasanah. Yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya di lingkungan sekolah hendaknya mampu menjadi uswah hasanah yang hidup bagi setiap peserta didik.

Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasi kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan buruk. Usaha ini bisa dibarengi pula dengan langkah-langkah memberi penghargaan, menumbuhsuburkan nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai yang buruk. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih berbagai alternatif sikap dan tindakan berdasarkan nilai, melakukan pilihan secara bebas setelah menimbang dalam-dalam berbagai konsekuensi dari setiap   pilihan dan tindakan, membiasakan bertindak dan bersikap atas niat dan prasangka baik dan tujuan-tujuan ideal.

Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan akhlakul karimah. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai akhlakul karimah kedalam setiap mata pelajaran yang ada di sekolah di samping mata pelajaran agama. Terhadap mata pelajaran-mata pelajaran lain pun sebaiknya dilakukan reorientasi baik dari segi isi, muatan maupun pendekatannya, sehingga mereka tidak hanya menjadi verbalisme dan sekedar hapalan, tetapi betul-betul berhasil membantu pembentukan karakter.

Lingkungan ketiga adalah masyarakat luas. Lingkungan ini memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai yang baik. Dalam konteks itu, Alquran dalam banyak ayatnya menekankan tentang kebersamaaan anggota masyarakat menyangkut pengalaman sejarah yang sama, tujuan bersama, gerak langkah yang sama dan solidaritas yang sama. Di sisnilah menurut Quraish Shihab, muncul gagasan dan ajaran tentang amar ma’ruf dan nahyi munkar serta ajaran tentang fardu kifayah, yaitu tanggung jawab bersama dalam menegakkan nilai-nilai yang baik dan mencegah nilai-nilai yang buruk.

Kekuatan akhlak dan moral yang tercermin pada perilaku yang baik dan benar merupakan inti utama ajaran Islam. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan akhlak dan moral yang baik, segala potensi yang dimiliki manusia, seperti ilmu pengetahuan, kekayaan, jabatan dan potensi-potensi lainnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama( QS. An-Nahl :97). Sebaliknya, dengan akhlak dan moral yang buruk, segala potensi tersebut akan sia-sia, bahkan cenderung merusak. ( QS.Thaaha: 124-126 ).
Menurut Dr. Sukamto setidaknya terdapat dua belas poin nilai-nilai yang perlu diajarkan kepada peserta didik dalam upaya memberikan pendidikan karakter yaitu kejujuran, loyalitas dan dapat diandalkan, hormat, cinta, ketidakegoisan dan sensitifitas, baik hati dan pertemanan, keberanian, kedamaian, mandiri dan potensial, disiplin diri dan moderasi, kesetiaan dan kemurnian serta keadilan dan kasih sayang. Selanjutnya paling tidak terdapat sembilan indicator keberhasilan membangun karakter yaitu : 1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (love Allah, trust, reverence, loyalty) 2. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness) 3. Kejujuran/Amanah dan Arif (trustworthines, honesty, and tactful) 4. Hormat dan Santun (respect, courtesy, obedience) 5. Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation) 6. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm) 7. Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership) 8. Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humility, modesty) 9. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity).
Bila kita gagal mengedepankan pengembangan pendidikan karakter bangsa,  jangan berharap banyak akan capaian keberhasilan masa depan Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.***

*Penulis adalah Guru PAI SMAN 1 Rajagaluh Ketua AGUPENA Kab. Majalengka e-mail       toto_jmp@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar