MALAM
PERTAMA DI ALAM KUBUR
Oleh
: Toto Warsito, S.Ag.M.Ag
Saudaraku,
silakan kalian duduk dengan tenang! Hilangkan segala macam yang mengganggu di
sekelilingmu. Bayangkan bahwa kau sekarang sedang berada pada tempat yang
sangat indah. Kalau kalian masih kurang konsentrasi, silakan kalian pejamkan
matamu, karena dengan itu akan membantumu lebih berkonsentrasi dan lebih
menikmati suasana yang sangat nyaman dan menyejukkan.
Bayangkan
sekali lagi, bahwa kini kau sedang berada di tempat yang sangat menyenangkan.
Tiada yang mengganggu,kini kau ditemani oleh angin yang menerpamu sepoi-sepoi
basah. Kau kemudian duduk di atas sofa yang sangat empuk, lalu kau berbaring
menyandarkan tubuhmu pada sofa itu sambil menjulurkan kedua kakimu. Nyaman
sekali rasanya hidup tanpa ada yang mengganggu, yang ada hanyalah kedamaian dan
keindahan yang menyejukkan hati.
Namun…tiba-tiba,
entah dari arah mana datangnya kau dikagetkan dengan sesosok makhluk yang
selama ini kau belum mengenalnya. Makhluk itu berjubah putih, kemudian
terdengar suaranya memecah kesunyian “Hai manusia aku adalah malaikat Izrail
yang diutus oleh Allah Swt. Untuk segera menjemputmu. Membawamu kembali
kepada-Nya karena waktumu telah habis untuk hidup di dunia ini. Kini kau harus
segera kembali detik ini juga untuk menghadap Tuhanmu.”
Dengan
gemetaran dan kaget luar biasa, kau menjawab dengan suara yang hampir tak
terdengar “Ampun.. malaikat Izrail ..hamba belum siap untuk mati sekarang,
hamba masih muda, hamba baru kelas dua SMA, hamba masih sedikit berbuat
kebaikan, hamba masih banyak dosa..berilah hamba kesempatan sehari dua hari
saja untuk mempersiapkannya.”
Kemudian
malaikat Izrail menjawab dengan membaca ayat Alquran :” Idzajaa’a ajaluhum
laayasta’khiruuna saa’ataw walaa yastaqdimuun.” Jika ajal telah tiba maka kau
tidak bisa mengakhirkannya atau mendahulukannya barang sedetikpun. Kemudian
malaikat itu tiba-tiba memegang kepalamu lalu mencabut nyawamu dengan keras
melalui ubun-ubunmu.
Kini,
ruhmu sudah berada di luar jasadmu. Dibawanya ruhmu oleh malaikat naik ke atas
langit. Kini sekarang kau telah berada di angkasa, sementara jasadmu ditinggal
sendirian. Kau lihat dari atas, jasadmu yang selama ini kau bangga-banggakan,
kini terbujur kaku. Dirimu yang selama ini kau anggap paling cantik, paling
ganteng, paling gagah, kini jangankan untuk berdiri menggerakkan mata saja kau
tidak bisa. Memang kini kau telah mati.
Kau
lihat itu dari atas, dirimu yang tadinya sendirian, kini telah dikerumuni oleh
orang-orang terdekatmu. Kau lihat itu siapa yang sedang menangis? Oh.. itu
ternyata ibumu, beliau tak henti-hentinya menangis, sangat sedih kehilangan
dirimu. Kau lihat juga itu ayahmu menangis, padahal selama ini kau belum pernah
melihatnya menangis. Ternyata mereka semua sangat menyayangimu. Padahal selama
ini kau belum pernah menyayangi mereka. Malah sebaliknya kau selalu membuat
keduanya kesal, jengkel bahkan marah menghadapi ulahmu. Kau lihat juga itu
adikmu dan kakakmu, ternyata mereka juga sangat kehilanganmu, mereka semuanya
menangis, mereka ternyata sangat menyayangimu. Padahal selama ini kau
menganggap mereka musuhmu, adikmu selalu mengganggumu dan selalu membuatmu
kesal dan marah. Begitu juga kakakmu, sangat menjengkelkanmu, sering
marah-marah, selalu nyuruh inilah, nyuruh itulah, giliran kamu punya keinginan
dia selalu mengabaikannya. Oh..ternyata mereka begitu menyesal kehilanganmu.
Semua orang termasuk teman-teman sekelasmu juga menangis, padahal kau di kelas
selama ini terkenal paling bandel dan suka bolos.
Kemudian
kau lihat dari atas tubuhmu digotong untuk dimandikan. Lagi-lagi kau lihat
siapa itu yang membersihkan kotoranmu? Itu ternyata ibumu, lagi-lagi ibumu.
Padahal selama ini, waktu ibumu sakit. Jangankan untuk mencucikan bajunya,
untuk membelikannya obat atau mengantarkannya ke dokter saja kau tidak mau,
alasan sibuk, banyak pekerjaan dan sebagainya.
Setelah
beres kau dimandikan, kemudian kau dibawa ke tengah rumah untuk dikafani. Kau
lihat itu apa yang kau kenakan? Ternyata kau hanya dibungkus oleh tiga helai
kain putih. Baju-bajumu yang selama ini kau banggakan, kau beli dari mal dan
kadang-kadang baju itu membuat kau sombong, ternyata tidak ada satu pun yang
dipakai. Yang kau pakai malah hanya kain kafan, itupun pemberian dari mesjid.
Selama ini kau belum pernah mempersiapkannya jangankan membeli, ingatpun tidak.
Lalu
kau perhatikan itu, tubuhmu yang telah terbungkus oleh kain kafan kemudian
dimasukkan ke peti jenazah. Tidak berapa lama, mereka orang-orang terdekatmu
menggotongmu ke mesjid yang berada di dekat rumahmu. Ya ke mesjid. Mereka
kemudian menshalati kamu dengan khusu’ lalu mendoakanmu. Tiba-tiba air matamu
menetes kemudian dengan lirih kamu berujar “ malu rasanya diri ini Ya Allah!
Selama ini aku jarang datang ke mesjid ini, jarang aku shalat berjamaah dengan
mereka, padahal mesjid itu tidak jauh dari rumahku. Kalau terdengar suara azan,
kadang-kadang aku pura-pura tidak mendengarkannya dan tidak menghiraukannya
apalagi memenuhi panggilannya.”
Setelah
selesai dishalati di mesjid, kemudian mereka menggotongmu ke kuburan. Kau lihat
itu, siapa yang menggotongmu? Itu ternyata adik dan kakakmu bahkan bapakmu yang
telah tua renta itu masih mau menggotongmu. Padahal selama ini kau belum pernah
berbuat baik kepada mereka. Sewaktu adikmu sakit saja, kau malas untuk
menggendongnya, sewaktu bapakmu sakit kau malas mengurusnya.
Kurang
lebih setengah jam kau digotong dan diiringi kerabatmu menuju kuburan. Kemudian
tibalah kau dikuburan yang telah dipersiapkan dan digali oleh para tetanggamu.
Ya tetanggamu, mereka yang selama ini sering kau ganggu istirahatnya dari
derungan suara motormu malam-malam, atau bisingnya suara gitar setiap malam.
Tetangga yang selama ini kau belum pernah menyapanya bahkan belum pernah
menengoknya ketika mereka sakit. Ternyata ketika kau mati mereka masih mau
menggalikan kuburan untukmu.
Kemudian
kau dimasukkan perlahan-lahan ke liang lahat. Kau dibaringkan menghadap kiblat.
Lalu diurug dengan tanah. Kau sendirian di dalam kubur, tidak ada yang
menemani. Orang yang selama ini telah berjanji untuk sehidup semati pun
ternyata ingkar janji. Mereka semua kembali lagi ke rumah masing-masing. Kau
ditinggal sendirian.
Tujuh
langkah orang yang mengantar kita pulang dari kuburan. Tiba-tiba di alam kubur
kau dikagetkan dengan kedatangan dua orang malaikat. Namanya malaikat Munkar
dan Nakir. Kedua malaikat ini datang dengan membawa gada yang sangat panas dari
neraka. Kemudian malaikat itu bertanya “ Man Rabbuka ? Siapa Tuhanmu ?”
Bayangkan olehmu seandainya bukan nama ALLAH SWT yang kau ucapkan pada saat
itu. Pastilah gada yang panas dari neraka itu menghunjam, menghancurkan seluruh
tubuhmu. Karena selama ini kau sangat susah menyebut nama Allah, selama ini
Allah itu begitu jauh darimu. Kau lebih mudah menyebut nama binatang seperti
anjing, babi, monyet daripada menyebut asma-asma Allah. Kau abaikan
perintah-perintah Allah, kau malah melakukan larangan-larangan-Nya.
Malaikat
kemudian melanjutkan pertanyaan yang kedua “ Man Nabiyyuka ? Siapa nabimu?
Bayangkan olehmu, seandainya bukan nama Muhammad saw yang kau sebut. Sudah
barang tentu hancur kembali tubuhmu itu berkepingkeping, kau menjerit kesakitan
tidak ada yang menolong, karena kau sendirian di alam kubur untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu selama di dunia. Karena selama ini bukan
Muhammad yang kau idolakan, selama ini bukan Muhammad yang kau jadikan contoh
dan suri tauladan dalam kehidupanmu. Selama ini malah artis yang kau jadikan
idola, bukan Muhammad.
Pertanyaan
ketiga dari malaikat “Man Kitaabuka ? Apa kitabmu ? Tolong bayangkan sekali
lagi seandainya bukan Alquran yang kau sebutkan saat itu. Lagi-lagi tubuhmu
akan hancur dilumat oleh ganasnya malaikat Nakir. Karena selama ini Alquran kau
miliki, kau simpat di atas lemari. Tetapi Alquran tidak kau jadikan sebagai
pedoman hidup. Hanya kau jadikan sebagai hiasan belaka. Selama ini yang kau
pegang, kau bawa ke mana-mana, kau baca tiap hari, kau tulis tiap waktu, kau
dengarkan suaranya tiap waktu itu bukan Alquran tapi yang lain.
Pertanyaan
terakhir dari malaikat di alam kubur “ Man ikhwaanuka ? Siapa saudaramu ?”
Seharusnya yang kau jawab adalah orang-orang mukmin dan mukminat saudara saya.
Ya, itu pasti jawabannya seandainya selama ini mereka yang dijadikan kita
teman, sahabat dan saudara. Orang-orang mukmin yang selalu kau bantu dan
bergaul dengan mereka. Tapi coba bayangkan seandainya selama ini bukan mereka
yang kita jadikan saudara atau sahabat malah syetan dan orang-orang yang tidak
beriman!! Pasti, pasti hancur lagi.
Yang
membuatmu sakit dan menjerit ternyata bukan hanya karena dimarahi oleh malaikat
Munkar dan Nakir saja, ternyata tanah pun memarahimu. Tanah itu berkata
kepadamu “ Hai manusia enak saja kau. Kau hidup berada di atasku, kau
injak-injak aku tiap hari, kau makan makanan yang tumbuh dariku, kau kencingin
aku. Kenapa kau begitu sombong? Kau tidak mau sujud kepada Tuhanmu yang telah
memberimu kehidupan. Kau ingkari perintah-Nya kau kerjakan larangan-Nya,
kenapa..? Aku tidak sudi menerimamu!! Rasain ini..!!” Kemudian tanah itu
menggencet tubuhmu sampai-sampai tulang rusukmu menyatu. Kau kembali menjerit.”
Ampun..!! Ya Allah aku tidak kuat. Aku menyesal ya Allah, berilah kesempatan
kepadaku untuk hidup kembali sebentar saja, agar aku bisa berbuat baik,
beribadah dengan rajin, menghormati orang tua terutama ibu…! Menyayangi
adik-adikku, menghormati kakakku, menghormati guru, berbuat baik kepada
tetangga…..!
Ternyata…
Allah masih sayang sama kamu. Kamu ternyata belum mati lho…jadi masih ada
kesempatan bagimu untuk memperbaiki diri, segera gunakan kesempatan hidup ini sebelum
kembali kepada Allah lagi, ingat janjimu tadi.** Wallahu A’lam