Senin, 03 Oktober 2011

MALAM PERTAMA DI ALAM KUBUR


MALAM PERTAMA DI ALAM KUBUR
Oleh : Toto Warsito, S.Ag.M.Ag
Saudaraku, silakan kalian duduk dengan tenang! Hilangkan segala macam yang mengganggu di sekelilingmu. Bayangkan bahwa kau sekarang sedang berada pada tempat yang sangat indah. Kalau kalian masih kurang konsentrasi, silakan kalian pejamkan matamu, karena dengan itu akan membantumu lebih berkonsentrasi dan lebih menikmati suasana yang sangat nyaman dan menyejukkan.
Bayangkan sekali lagi, bahwa kini kau sedang berada di tempat yang sangat menyenangkan. Tiada yang mengganggu,kini kau ditemani oleh angin yang menerpamu sepoi-sepoi basah. Kau kemudian duduk di atas sofa yang sangat empuk, lalu kau berbaring menyandarkan tubuhmu pada sofa itu sambil menjulurkan kedua kakimu. Nyaman sekali rasanya hidup tanpa ada yang mengganggu, yang ada hanyalah kedamaian dan keindahan yang menyejukkan hati.
Namun…tiba-tiba, entah dari arah mana datangnya kau dikagetkan dengan sesosok makhluk yang selama ini kau belum mengenalnya. Makhluk itu berjubah putih, kemudian terdengar suaranya memecah kesunyian “Hai manusia aku adalah malaikat Izrail yang diutus oleh Allah Swt. Untuk segera menjemputmu. Membawamu kembali kepada-Nya karena waktumu telah habis untuk hidup di dunia ini. Kini kau harus segera kembali detik ini juga untuk menghadap Tuhanmu.”
Dengan gemetaran dan kaget luar biasa, kau menjawab dengan suara yang hampir tak terdengar “Ampun.. malaikat Izrail ..hamba belum siap untuk mati sekarang, hamba masih muda, hamba baru kelas dua SMA, hamba masih sedikit berbuat kebaikan, hamba masih banyak dosa..berilah hamba kesempatan sehari dua hari saja untuk mempersiapkannya.”
Kemudian malaikat Izrail menjawab dengan membaca ayat Alquran :” Idzajaa’a ajaluhum laayasta’khiruuna saa’ataw walaa yastaqdimuun.” Jika ajal telah tiba maka kau tidak bisa mengakhirkannya atau mendahulukannya barang sedetikpun. Kemudian malaikat itu tiba-tiba memegang kepalamu lalu mencabut nyawamu dengan keras melalui ubun-ubunmu.
Kini, ruhmu sudah berada di luar jasadmu. Dibawanya ruhmu oleh malaikat naik ke atas langit. Kini sekarang kau telah berada di angkasa, sementara jasadmu ditinggal sendirian. Kau lihat dari atas, jasadmu yang selama ini kau bangga-banggakan, kini terbujur kaku. Dirimu yang selama ini kau anggap paling cantik, paling ganteng, paling gagah, kini jangankan untuk berdiri menggerakkan mata saja kau tidak bisa. Memang kini kau telah mati.
Kau lihat itu dari atas, dirimu yang tadinya sendirian, kini telah dikerumuni oleh orang-orang terdekatmu. Kau lihat itu siapa yang sedang menangis? Oh.. itu ternyata ibumu, beliau tak henti-hentinya menangis, sangat sedih kehilangan dirimu. Kau lihat juga itu ayahmu menangis, padahal selama ini kau belum pernah melihatnya menangis. Ternyata mereka semua sangat menyayangimu. Padahal selama ini kau belum pernah menyayangi mereka. Malah sebaliknya kau selalu membuat keduanya kesal, jengkel bahkan marah menghadapi ulahmu. Kau lihat juga itu adikmu dan kakakmu, ternyata mereka juga sangat kehilanganmu, mereka semuanya menangis, mereka ternyata sangat menyayangimu. Padahal selama ini kau menganggap mereka musuhmu, adikmu selalu mengganggumu dan selalu membuatmu kesal dan marah. Begitu juga kakakmu, sangat menjengkelkanmu, sering marah-marah, selalu nyuruh inilah, nyuruh itulah, giliran kamu punya keinginan dia selalu mengabaikannya. Oh..ternyata mereka begitu menyesal kehilanganmu. Semua orang termasuk teman-teman sekelasmu juga menangis, padahal kau di kelas selama ini terkenal paling bandel dan suka bolos.
Kemudian kau lihat dari atas tubuhmu digotong untuk dimandikan. Lagi-lagi kau lihat siapa itu yang membersihkan kotoranmu? Itu ternyata ibumu, lagi-lagi ibumu. Padahal selama ini, waktu ibumu sakit. Jangankan untuk mencucikan bajunya, untuk membelikannya obat atau mengantarkannya ke dokter saja kau tidak mau, alasan sibuk, banyak pekerjaan dan sebagainya.
Setelah beres kau dimandikan, kemudian kau dibawa ke tengah rumah untuk dikafani. Kau lihat itu apa yang kau kenakan? Ternyata kau hanya dibungkus oleh tiga helai kain putih. Baju-bajumu yang selama ini kau banggakan, kau beli dari mal dan kadang-kadang baju itu membuat kau sombong, ternyata tidak ada satu pun yang dipakai. Yang kau pakai malah hanya kain kafan, itupun pemberian dari mesjid. Selama ini kau belum pernah mempersiapkannya jangankan membeli, ingatpun tidak.
Lalu kau perhatikan itu, tubuhmu yang telah terbungkus oleh kain kafan kemudian dimasukkan ke peti jenazah. Tidak berapa lama, mereka orang-orang terdekatmu menggotongmu ke mesjid yang berada di dekat rumahmu. Ya ke mesjid. Mereka kemudian menshalati kamu dengan khusu’ lalu mendoakanmu. Tiba-tiba air matamu menetes kemudian dengan lirih kamu berujar “ malu rasanya diri ini Ya Allah! Selama ini aku jarang datang ke mesjid ini, jarang aku shalat berjamaah dengan mereka, padahal mesjid itu tidak jauh dari rumahku. Kalau terdengar suara azan, kadang-kadang aku pura-pura tidak mendengarkannya dan tidak menghiraukannya apalagi memenuhi panggilannya.”
Setelah selesai dishalati di mesjid, kemudian mereka menggotongmu ke kuburan. Kau lihat itu, siapa yang menggotongmu? Itu ternyata adik dan kakakmu bahkan bapakmu yang telah tua renta itu masih mau menggotongmu. Padahal selama ini kau belum pernah berbuat baik kepada mereka. Sewaktu adikmu sakit saja, kau malas untuk menggendongnya, sewaktu bapakmu sakit kau malas mengurusnya.
Kurang lebih setengah jam kau digotong dan diiringi kerabatmu menuju kuburan. Kemudian tibalah kau dikuburan yang telah dipersiapkan dan digali oleh para tetanggamu. Ya tetanggamu, mereka yang selama ini sering kau ganggu istirahatnya dari derungan suara motormu malam-malam, atau bisingnya suara gitar setiap malam. Tetangga yang selama ini kau belum pernah menyapanya bahkan belum pernah menengoknya ketika mereka sakit. Ternyata ketika kau mati mereka masih mau menggalikan kuburan untukmu.
Kemudian kau dimasukkan perlahan-lahan ke liang lahat. Kau dibaringkan menghadap kiblat. Lalu diurug dengan tanah. Kau sendirian di dalam kubur, tidak ada yang menemani. Orang yang selama ini telah berjanji untuk sehidup semati pun ternyata ingkar janji. Mereka semua kembali lagi ke rumah masing-masing. Kau ditinggal sendirian.
Tujuh langkah orang yang mengantar kita pulang dari kuburan. Tiba-tiba di alam kubur kau dikagetkan dengan kedatangan dua orang malaikat. Namanya malaikat Munkar dan Nakir. Kedua malaikat ini datang dengan membawa gada yang sangat panas dari neraka. Kemudian malaikat itu bertanya “ Man Rabbuka ? Siapa Tuhanmu ?” Bayangkan olehmu seandainya bukan nama ALLAH SWT yang kau ucapkan pada saat itu. Pastilah gada yang panas dari neraka itu menghunjam, menghancurkan seluruh tubuhmu. Karena selama ini kau sangat susah menyebut nama Allah, selama ini Allah itu begitu jauh darimu. Kau lebih mudah menyebut nama binatang seperti anjing, babi, monyet daripada menyebut asma-asma Allah. Kau abaikan perintah-perintah Allah, kau malah melakukan larangan-larangan-Nya.
Malaikat kemudian melanjutkan pertanyaan yang kedua “ Man Nabiyyuka ? Siapa nabimu? Bayangkan olehmu, seandainya bukan nama Muhammad saw yang kau sebut. Sudah barang tentu hancur kembali tubuhmu itu berkepingkeping, kau menjerit kesakitan tidak ada yang menolong, karena kau sendirian di alam kubur untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu selama di dunia. Karena selama ini bukan Muhammad yang kau idolakan, selama ini bukan Muhammad yang kau jadikan contoh dan suri tauladan dalam kehidupanmu. Selama ini malah artis yang kau jadikan idola, bukan Muhammad.
Pertanyaan ketiga dari malaikat “Man Kitaabuka ? Apa kitabmu ? Tolong bayangkan sekali lagi seandainya bukan Alquran yang kau sebutkan saat itu. Lagi-lagi tubuhmu akan hancur dilumat oleh ganasnya malaikat Nakir. Karena selama ini Alquran kau miliki, kau simpat di atas lemari. Tetapi Alquran tidak kau jadikan sebagai pedoman hidup. Hanya kau jadikan sebagai hiasan belaka. Selama ini yang kau pegang, kau bawa ke mana-mana, kau baca tiap hari, kau tulis tiap waktu, kau dengarkan suaranya tiap waktu itu bukan Alquran tapi yang lain.
Pertanyaan terakhir dari malaikat di alam kubur “ Man ikhwaanuka ? Siapa saudaramu ?” Seharusnya yang kau jawab adalah orang-orang mukmin dan mukminat saudara saya. Ya, itu pasti jawabannya seandainya selama ini mereka yang dijadikan kita teman, sahabat dan saudara. Orang-orang mukmin yang selalu kau bantu dan bergaul dengan mereka. Tapi coba bayangkan seandainya selama ini bukan mereka yang kita jadikan saudara atau sahabat malah syetan dan orang-orang yang tidak beriman!! Pasti, pasti hancur lagi.
Yang membuatmu sakit dan menjerit ternyata bukan hanya karena dimarahi oleh malaikat Munkar dan Nakir saja, ternyata tanah pun memarahimu. Tanah itu berkata kepadamu “ Hai manusia enak saja kau. Kau hidup berada di atasku, kau injak-injak aku tiap hari, kau makan makanan yang tumbuh dariku, kau kencingin aku. Kenapa kau begitu sombong? Kau tidak mau sujud kepada Tuhanmu yang telah memberimu kehidupan. Kau ingkari perintah-Nya kau kerjakan larangan-Nya, kenapa..? Aku tidak sudi menerimamu!! Rasain ini..!!” Kemudian tanah itu menggencet tubuhmu sampai-sampai tulang rusukmu menyatu. Kau kembali menjerit.” Ampun..!! Ya Allah aku tidak kuat. Aku menyesal ya Allah, berilah kesempatan kepadaku untuk hidup kembali sebentar saja, agar aku bisa berbuat baik, beribadah dengan rajin, menghormati orang tua terutama ibu…! Menyayangi adik-adikku, menghormati kakakku, menghormati guru, berbuat baik kepada tetangga…..!
Ternyata… Allah masih sayang sama kamu. Kamu ternyata belum mati lho…jadi masih ada kesempatan bagimu untuk memperbaiki diri, segera gunakan kesempatan hidup ini sebelum kembali kepada Allah lagi, ingat janjimu tadi.** Wallahu A’lam